Layanan pendidikan akhirnya cenderung menjadi elitis karena hanya memenuhi kebutuhan siswa-siswa kaya dan kurang berpihak pada siswa-siswa miskin.
Melebarnya kesenjangan antarsiswa sebagai akibat ujian terstandar juga terjadi karena jenis ujian tersebut biasanya tidak merefleksikan nilai-nilai yang dianut dan berkembang dalam masyarakat dan sering kali bias secara budaya.
Studi yang dilakukan Roberts (2007) menemukan banyak pertanyaan dalam ujian terstandar tidak berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, tidak mencerminkan keanekaragaman budaya dan geografis serta kondisi nyata siswa dan lingkungan di mana mereka tinggal.
Chomsky and Robichaud (2014) menunjukkan bagaimana pertanyaan-pertanyaan yang bias secara budaya (culturally biased questions) dalam ujian terstandar berdampak pada siswa.
Pada suatu ujian Science, siswa diminta untuk memilih dari beberapa opsi, yaitu celedri, jeruk, labu, dan apel yang bukan buah-buahan dengan mengidentifikasi pilihan-pilihan yang tidak mengandung benih atau biji.
Siswa yang sudah mengenal dan terbiasa dengan opsi-opsi tersebut dengan mudah memilih celedri. Namun, bagi siswa yang tidak familiar dengan celedri karena orangtua mereka tidak pernah membeli jenis sayuran tersebut kesulitan menjawab pertanyaan dengan benar.
Hal ini dipengaruhi oleh kurikulum pendidikan yang cenderung lebih mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan kelompok mayoritas dan tidak peka terhadap aspirasi kaum minoritas.
Menjadi jelas bahwa high-stakes standardized testing berpotensi mengkerdilkan kurikulum, menimbulkan tekanan dan kecemasan bagi guru dan siswa, serta berdampak pada marginalisasi dan melebarnya ketimpangan atau gap antarsiswa dari latar belakang yang berbeda.
Namun demikian, untuk pemetaan kualitas pendidikan terutama kompetensi-kompetensi esensial yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan sehari-hari serta kebutuhan data dan informasi dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan, ujian terstandar masih tetap dibutuhkan.
Namun, ujian terstandar yang bersifat punitive, baik bagi siswa, guru maupun sekolah seperti Ujian Nasional (UN) sudah tepat ditinggalkan.