KOMPAS.com - Rencana penerapan Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan menuai pro kontra di berbagai kalangan, termasuk para guru yang berperan besar dalam mendidik siswa di sekolah.
Ramai diperbincangkan, pro dan kontra pengadaan UN kemudian diangkat sebagai mosi debat spesial dalam acara Temu Pendidik Nusantara XI (TPN XI) yang digelar di Pos Bloc, Jakarta Pusat pada Sabtu (2/11/2024)
Dalam sesi tersebut, tim terbagi atas kelompok guru pro UN dan guru kontra UN yang berasal dari berbagai sekolah.
Baca juga: Sebagian Guru Setuju Ujian Nasional Diadakan Kembali: Tingkatkan Motivasi Belajar
Pihak pro memandang UN merupakan salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa. Melalui UN, siswa diharapkan memiliki mental yang siap berjuang.
"Kami adalah produknya (UN), Bapak-Ibu. Dan mungkin Bapak-Ibu semua adalah produk dari ujian nasional," ujar pembicara 1 tim pro dalam paparannya.
Salah satu alasan adanya peninjauan kembali UN sebagai standar kelulusan siswa di tahun 2023 oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemdikbud) dinilai merupakan akibat dari turunnya motivasi belajar siswa.
"Berarti ada sesuatu kan selama tahun 2020-2023? makanya UN dipertimbangkan lagi," ujar salah satu pembicara tim pro.
Sementara itu, pihak kontra menepis paparan terkait motivasi ini.
Baca juga: Beasiswa S1-S3 Stipendium Hungaricum 2025 Dibuka, Tanpa Syarat IPK
Mengutip hasil riset National Academy Science, pihak kontra beranggapan bahwa UN justru menimbulkan tekanan psikologis yang tinggi pada siswa.
Menurut tim kontra, para siswa cenderung tertekan dan stres terlebih ketika nilai akhir UN sudah keluar.