Zaki Maharani, Lulusan S2 Seoul National University Tembus Magang di UNIa mengaku melamar ke beberapa agensi dan badan PBB, bukan hanya satu.
“Aku daftar ke empat atau lima lembaga. Yang diterima hanya satu. Jadi menurutku kita harus tetap mencoba, bahkan setelah banyak penolakan,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Fazhaliani, Wakili Indonesia ke YSEALI Academic Fellowship 2025
Pengalaman magang di PBB menjadi titik balik bagi Zaki yang sebelumnya bekerja selama lebih dari dua tahun di bidang desain.
Ia mengaku menemukan kembali, spark atau semangat bekerja, di ranah penelitian dan kebijakan.
“Sebelumnya aku tetap merasa ada yang kurang saat bekerja sebagai desainer. Aku ingin mencoba hal baru. Sewaktu mulai magang di UN, aku menemukan lagi rasa senang yang sudah lama hilang,” katanya.
Zaki menambahkan bahwa sebagian besar pekerjaannya di PBB berkaitan dengan riset.
Baca juga: Cerita Sondos, Warga Palestina Lulus S2 Cumlaude di Kampus Muhammadiyah
Swiss dikenal sebagai salah satu negara dengan biaya hidup paling tinggi di dunia.
Zaki mengakui bahwa dana yang diberikan Hyundai sangat membantu, meski tetap harus dikelola dengan ketat.
“Hyundai memberikan sekitar 3,5 juta won atau setara Rp 40 juta rupiah. Tapi karena kurs franc Swiss mahal, jumlah itu di sini jadi sekitar 1.900 franc,” jelasnya.
Sementara itu, biaya sewa kamar saja sudah menghabiskan hampir setengah anggaran.