Guru harus menyusun strategi pembelajaran yang efektif, siswa harus kembali menghadapi latihan-latihan soal, dan orangtua mungkin harus mempertimbangkan kembali les tambahan untuk anak-anak mereka.
Jika tidak ada kebijakan yang jelas, bukan tidak mungkin tekanan akademik yang dulu melekat pada UN akan kembali mengintai.
Namun, daripada terjebak dalam ketakutan dalam bayang-bayang UN maka ada baiknya kita melihat peluang di balik TKA.
Jika dirancang dengan sistem yang adil, adaptif, dan tidak sekadar menguji hafalan, TKA bisa menjadi alat ukur kompetensi yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan begitu, TKA bukan lagi sekadar bayang-bayang UN melainkan gerbang menuju sistem evaluasi pendidikan yang lebih baik.
Pendidikan harus terus berkembang bukan sekadar berputar dalam siklus ujian yang sama dengan nama yang berbeda. Jika TKA ingin menjadi solusi maka kebijakan yang mengiringinya harus jelas, transparan, dan berpihak pada perkembangan siswa secara nyata.
Jangan sampai, kita kembali ke titik awal dengan sekadar mengganti nama tanpa perubahan yang berarti.
Menghidupkan Kembali Semangat Belajar di Era TKA
Sejak dihapuskannya Ujian Nasional (UN), gairah belajar siswa mengalami pasang surut. Tanpa standar evaluasi yang ketat sebagian siswa mulai kehilangan minat untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Mereka tahu bahwa kelulusan tetap akan diberikan, nilai bisa disesuaikan, dan pada akhirnya semua akan lulus tanpa perlu bersusah payah.