TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI ( Wamen Dikdasmen) Profesor Atip Latipulhayat mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mengaji ulang Ujian Nasional (UN) untuk diterapkan dalam sistem pendidikan dasar dan menengah.
Pernyataan ini disampaikan Atip saat melakukan kunjungan ke SMPN 4 Tasikmalaya pada Jumat (1/11/2024).
"UN sedang kita kaji lagi, karena setiap sistem pendidikan kan memiliki kesesuaian dengan zamannya. Nanti sistem mana yang sesuai, karena itu masuk metode UN dan PPDN, bukan tujuan," jelas Atip kepada wartawan.
Baca juga: Jadwal Asesmen Madrasah Pengganti UAMBN dan UN yang Digelar Mulai Maret 2024
Atip menambahkan bahwa kedua metode penerimaan siswa baru, yakni UN dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Hasil kajian ini diharapkan dapat menentukan metode terbaik yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
"Karena itu metode, jadi kalau memang sistemnya harus diperbaiki, maka kita akan perbaiki. Prinsipnya yang lama yang baik, kita pelihara. Tapi kita akan mencari sistem baru yang lebih baik," ungkap Atip, yang berasal dari Sukarindik, Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Atip juga menekankan bahwa tujuan utama pendidikan di Indonesia, sesuai dengan visi Presiden Prabowo Subianto, adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang unggul.
Oleh karena itu, memperbanyak sekolah unggulan di daerah dengan kualitas pengajar yang profesional menjadi prioritas utama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI.
"Perbanyak SDM unggul di Indonesia selalu terus dikatakan Pak Presiden Prabowo di setiap pidatonya. Tentunya pendidikan sangat diutamakan dan jadi fokus sekali," ujar Atip.
Dalam kesempatan tersebut, Atip juga berbagi kenangan saat berkunjung ke SMPN 4 Tasikmalaya, di mana ia mengaku sedang bernostalgia dengan guru-guru dan teman seangkatannya.
Baca juga: Cerita Amye Un Terpilih Jadi Wakil Wali Kota Darwin Australia, Habiskan Rp 36 Juta Saat Kampanye
Kunjungan kerja pertamanya di luar daerah ini dipilihnya sebagai bentuk penghormatan terhadap kampung halamannya.
Kenangan paling berkesan bagi Atip adalah tidak pernah memakai alas kaki saat bersekolah sejak masuk SMP pada tahun 1977.